Medan, Jayapost.com - Suami Walikota Pematang Siantar Dr. Hj. Susanti Dewayani, Sp. A yaitu H. Kusma Erizal Ginting, SH (pakai baju biru), Pembina Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Bersama Rakyat (GEBER), Sabtu (20/10-2022) jelang siang datang ke Taman Budaya Jalan Perintis Kenerdekaan Madan.
Kehadiran mantan Pendiri/Ketua Pusat Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI) tersebut untuk berdialoq bersama teman-temannya sesama seniman / budayawan old crack Sumatera Utara di bidangnya masing-masing, ada brader Idris Pasaribu (Harian Analisal, brader Yondik Tanto (Teater D" Lick), brader Togu (Sanggar Payung Teduh) dan sahabat-sahabat H. Kusma Erizal Ginting, SH lainnya.
Menurutnya, dialog tersebut mengalir deras kalahkan arus Sei Babura juga Sungai Bah Bolon. Lebih lanjut dikatakan Rizal Ginting, kolaborasi terbangun apa adanya, disini wajah kejujuran mencuatkan chemistri totalitas Art to Art.
Lebih lanjut mengenai H. Kusma Erizal Ginting, SH begini ceriranya.
Rizal Ginting Rider Asli Di kalangan bikers Kota Pematang Siantar, nama H Kusma Erizal Ginting tidak asing lagi. Selain Presiden BSA Owner Motorcylce Siantar (BOMS), ia juga dipercaya sebagai Dewan Penasehat di beberapa komunitas motor di kota yang terkenal dengan becak BSA (Birmingham Small Arms).
Sejak berusia 15 tahun, pria yang akrab disapa Rizal Ginting ini sudah kepincut dengan motor-motor tua terutama BSA. Puluhan motor tua ia koleksi dan berjejer di rumahnya.
"Dari sini aja bisa liat kalau saya maniak BSA. Khusus untuk BSA kenapa banyak varian, karena yang buat ini gila BSA. Bukan gila yang lain-lain," katanya.
Dirinya terinspirasi easy rider Peter Fonda. Motor yang dibeli secara patungan dengan abangnya dirombak dan dimodifikasinya. Motor itu dibelinya kisaran harga ratusan ribu.
"Saya dari tahun 74 sudah ngumpul. Saya hobi memang dari awal. BSA Golden Flash yang merah itu pertama," ungkapnya sambil menunjukkan motor pertamanya.
Kecintaannya dengan dunia otomotif khususnya motor tua ikut mempengaruhi gaya berpakaiannya. Kemana-mana, ia selalu memakai rompi yang menandakan dirinya seorang biker.
Orang bilang saya bergajul, karena dulu profesi biker itu enggak ada. Saya sendiri dan nasib sayalah lahir di kota kecil Siantar. Kalau lahir di Bandung mungkin banyak rekan saya, lahir di Jakarta mungkin Indro Warkop teman saya. Terakhir kami berteman sama-sama dikenal," kisahnya.
Kini dirinya dan Indro Warkop pun berteman. Mereka kerap bertemu saat sama-sama menjadi narasumber. "Dia memang pencinta motor tua Harley, saya pecinta seluruh motor. Tapi saya sendiri dalam kehidupan biker dulu di Kota Siantar yang sarana dan prasarana, networknya jaringannya belum ada. Sampai sekarang Siantar dikenal kota biker," ungkap Rizal.
Tantangan yang dihadapinya berbeda dengan kawan-kawan dan para biker yang ada di Jawa dimana lebih banyak perangkat, kelompok, jaringan. Memasuki tahun 2.000an, dirinya mulai bertemu dengan rekan-rekannya sesama pecinta motor gede BSA. Bersama dengan kelima temannya, ia membentuk BSA Owner Motorcylce Siantar.
"BOMS sendiri awalnya enggak sama tukang becak. Kami bertemu sendiri-sendiri, belum ada biker di Kota Siantar ini. Dia (rekannya Akuang) suka, saya suka termasuk si Johan dan si Aseng, dan Toni. Berjalan sampai tahun 2005,"kata Rizal.
Pada 2006 mereka bergabung dengan para tukang becak BSA. Di BOMS yang beranggotakan sekitar 100-an orang, terdapat dua divisi. Pertama adalah Bikers dan kedua divisi becak.
Saat ini, rumahnya dihiasi puluhan motor tua dari berbagai merek. Garasi rumahnya dijadikan galeri motor tua miliknya. Ia pun berencana untuk membuat museum motor tua. JP.Red.03.Rusdi